Literasi Pemuda Mendukung Mahkamah Konstitusi (MK) Mengabulkan Gugatan Permohonan Uji Materi Batas Usia Capres Cawapres


KAB BANDUNG,||KONTENJABAR.COM – Literasi Pemuda  Mendukung Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan permohonan uji materi batas usia capres-cawapres .

Panji, perwakilan Literasi Pemuda Mengunggah Kab.Bandung menjelaskan dukungannya tersebut untuk menyuarakan aspirasi para pemuda-pemudi Indonesia untuk bisa mengambil bagian dalam kemajuan bangsa ini. “Sudah saatnya anak muda yang memimpin Indonesia. Suara kami mewakili suara generasi muda Indonesia,” kata Panji saat di temui di Sekre Literasi Pemuda  Mengunggah (15/10/2023)

Dalam upaya penguatan literasi pemuda untuk bagian kemajuan bangsa bisa dijadikan barometer peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 yang direfleksikan pada kondisi pemuda saat ini.

Bacaan Lainnya

Dahulu ada seorang pemuda sederhana, pemalu, dan kutu buku asal Minangkabau yang berani untuk hadir dalam Liga Anti-Imperialisme di Brussel, Belgia pada 1927. Dia bernama Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Dagang, Rotterdam, Belanda. Pada kesempatan itu, Hatta bersama para pemuda lain dari negara-negara jajahan bersatu melawan kolonialisme dan imperialisme Barat.

“Sebagai pemuda yang progresif, sadar akan kemajuan, dan berani melawan tradisi lama yang melanggengkan status quo imperialisme, Hatta terjun ke dalam pergerakan nasional yang penuh dengan resiko. Hatta merupakan contoh dari pemuda Indonesia masa itu yang berani merelakan karir, keluarga dan jalan hidupnya untuk bangsa Indonesia,” jelas Panji

Abad ke-21 tidak dapat disamakan. Cara Hatta dan para pemuda Indonesia yang berjuang di masa itu dan di masa kini memiliki perbedaan karena tantangan yang dihadapi pun berbeda”ujarnya

Panji mengatakan tantangan dan spektrum isu abad ke-21 semakin kompleks karena masyarakat juga menghadapi era algoritma dan echo-chamber. Menurutnya, pemuda saat ini harus mengidentifikasi hal-hal progresif di ranah masing-masing dan memastikan agar hal-hal tersebut tidak dikooptasi oleh kepentingan elit politik, pengusaha, dan lainnya yang memiliki sumber daya untuk memonopoli common sense.

Baca Juga  Masih Musim Kemarau, Warga Diimbau Waspada Potensi Bencana Kebakaran

“Kita harus waspada kepada pseudo-activist yang pragmatis dan cenderung berkelompok menjadi agen perpanjangan tangan oligarki (bisnis & politik). Saatnya kita keluar zona nyaman, mencari tahu isu-isu progresif yang sesuai dengan profesi yang kita geluti, maupun isu-isu universal seperti lingkungan, kesetaraan gender, dan hak-hak tenaga kerja,”tutupnya

Reporter : Gugum GW
Editor : Kurniawan

Pos terkait